Air mineral saat ini menjadi salah satu solusi bagi masyarakat untuk mengkonsumsi air minum dengan praktis tanpa perlu mengolah dan mengemas. Tingginya konsumsi air mineral terbukti dengan banyaknya produsen air mineral dengan berbagai merek dagang dan berbagai jenis ukuran. Namun, tahukah anda bahwa didalam akhir-akhir ini ditemukan adanya mikroplastik dalam air minum yang sering anda konsumsi ?

Mikroplastik adalah potongan plastik yang sangat kecil dan dapat mencemari lingkungan. Mikroplastik yang bersifat primer adalah mikroplastik yang sengaja dibuat,misalnya yang terkandung didalam deterjen, pakaian, dan sabun. Sedangkan miroplastik jenis sekunder adalah mikroplastik hasil dari penguraian sampah plastik.
Air mineral yang mengandung mikroplastik pertama kali diungkapkan oleh global State University of New York at Fredonia, mereka menguji 259 botol air minum dari 11 merek yang dijual di delapan negara. Hasilnya, 93 persen air botolan yang menjadi contoh ternyata mengandung mikroplastik.
Salah satu sampel berasal dari Indonesia dan menunjukkan hasil yang mengejutkan karena setiap botol sampel rata-rata mengandung 382 mikroplastik partikel per liter. Ukurannya beragam, mulai dari 6,5 mikrometer atau setara sel darah merah, hingga lebih dari 100 mikrometer atau setara dengan diameter rambut manusia
Hingga saat ini penelitian tentang dampak mikroplastik hanya difokuskan pada lingkungan. Menurut dr. Devia Irine Putri, “Belum ada penelitian yang dapat dijadikan acuan pasti tentang dampak buruknya bagi kesehatan manusia. Tapi umumnya, jika tidak baik untuk lingkungan, kemungkinan besar juga tidak baik untuk manusia. Tapi sekali lagi, masih butuh penelitian lebih lanjut terkait batasan kandungan wajar dari mikroplastik dalam air mineral”.
Terkait masalah mikroplastik dalam air minum dalam kemasan tersebut, Kementrian Kesehatan mengatakan akan melakukan kajian mendalam tentang sumber mikroplastik dan akan mengkoordinasikan dengan BPOM. Sedangkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kandungan mikroplastik dalam air minum belum membahayakan kesehatan manusia. Namun, badan PBB menyerukan untuk melakukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui potensi risiko pada kesehatan di masa depan dan masyarakat harus menghentikan peningkatan polusi plastik.